Semua orang pastinya sepakat bahwa Covid-19 berhasil menciptakan mimpi buruk bagi penduduk bumi. Hal ini setidaknya bisa kita lihat dari banyaknya negara yang kelimpungan menyikapi penyebarannya yang sangat cepat. Bahkan kekuatan militer di beberapa negara diubah fungsinya dalam rangka melawan musuh yang tak nampak ini.
 
Tetapi, sebagaimana pepatah arab menyebutkan, bahwa dibalik setiap ujian ada hadiah yang menanti, ada konsekuensi positif yang patut direnungkan dan “disyukuri” oleh kita semua di tengah himpitan pandemi ini. Adalah penurunan angka polusi yang cukup signifikan. Sehingga timbul sebuah pertanyaan “Apakah ini cara Allah menyembuhkan bumi?”.
 
Dalam surat Ar-Rum ayat 41 disebutkan: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” 
 
Ayat ini secara tegas menyebutkan bahwa kerusakan di muka bumi adalah akibat ulah dan keserakahan umat manusia yang sejatinya ditunjuk oleh Allah untuk mengelola bumi berdasarkan klausul kontrak kerjanya saat diangkat sebagai khalifah di muka bumi (Lihat: Al-Baqarah ayat 30). Dalam bahasa yang lebih mudah, manusia ditunjuk oleh Allah untuk menjadi manajer operasional dalam mengelola bumi, bukan mengeksploitasi.
 
Meski tidak bisa dipungkiri bahwa dalam praktiknya banyak sekali penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh manusia dalam menjalankan tugas kekhalifahannya. Saya yakin kita semua sudah mafhum atas realita menyedihkan ini. 
 
Kembali ke Covid-19, apa “hal positif” yang ditawarkan oleh virus ini?. Adalah penurunan polusi udara yang cukup drastis di beberapa negara yang menerapkan kebijakan Lockdown. Ya, perlu diingat bahwa WHO menyebutkan bahwa polusi udara adalah penyebab kematian sekitar 7 juta orang setiap tahunnya di seluruh dunia.
 
Sebagai contoh, berdasarkan citra satelit NASA, jumlah polusi udara di langit China menurun drastis. Data menunjukkan penurunan nitrogen dioksida yang signifikan. Gas yang sebagian besar dihasilkan mobil, truk, pembangkit listrik dan sejumlah pabrik itu lenyap saat dilihat pada 20-25 Februari 2020.

NASA Earth Observatory images by Joshua Stevens, using modified Copernicus Sentinel 5P data processed by the European Space Agency.

Begitu juga Italia, beberapa waktu lalu warganet memperlihatkan kejernihan air sungai di Venesia, karena kapal-kapal yang biasanya memperkeruh air sungai, ditambah sampah plastik yang dibuang oleh wisatawan dan terapung di air tak lagi ditemukan. Semuanya terjadi imbas kebijakan Lockdown yang diterapkan di negeri Pizza tersebut.

Sumber foto: https://twitter.com/finessabae/status/1239788402196779011

Bukan bermaksud menari di atas penderitaan. Tetapi tulisan ini adalah ajakan untuk merungi dan mencari hikmah dari setiap musibah yang ditimpakan oleh Allah kepada kita. Karena sebagai muslim kita selalu yakin bahwa ada pesan cinta yang diselipkan Allah dalam setiap musibah yang mendera. Itulah kenapa kita perlu bertanya “Inikah cara Allah menyembuhkan bumi?”. Wallahu a’lam.

Ahmad Fajar INHADL, Lc. ME

Alumni Kuliah Dakwah Universitas Syaikh Ahmad Kuftaro Damaskus - Suriah dan Pascasarjana Ekonomi Syariah IAIN Kudus. Saat ini mengabdikan diri sebagai Ketua Komite Syariah di RS Islam Sultan Hadlirin Jepara. Aktif sebagai Pembina di Majlis Taklim Ashofa Jepara.

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *