Ramadan datang, dan Ramadan pergi begitu cepatnya. Kita patut bertanya kepada diri “Apa yang harus dilakukan setelah Ramadan pergi?”.
Dalam sebuah kesempatan, Bisyr Al-Hafi ditanya tentang sekelompok manusia yang beribadah dengan sungguh-sungguh di bulan Ramadan. Dan ketika bulan berakhir mereka kembali malas. Beliau menjawab : “Seburuk-buruk kaum adalah mereka yang mengenal Allah hanya di bulan Ramadan”.
Islam mengajarkan kepada kita untuk istikamah dalam beramal. Dijelaskan Allah dalam Al-Qur’an bahwa : “Seandainya mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), niscaya Kami akan mencurahkan air yang banyak (rezeki yang cukup).”, (TQS. Al-Jinn : 72/16).
Dijelaskan dalam Tafsir Al-Munir karya Dr. Wahbah Zuhaily bahwa maksud dari ayat ini adalah Nabi Muhammad saw. memperoleh wahyu dari Allah. Sekiranya jin dan manusia istikamah menjalankan ajaran Islam niscaya Allah akan mencurahkan air yang banyak. Allah akan menghadirkan kebaikan yang luas manfaatnya. Sebagai wujud ujian, agar Allah bisa menilai bagaimana kadar syukur mereka. Jika mereka menggunakan nikmat itu untuk ketaatan, maka Allah akan membalasnya. Dan jika mereka bermaksiat, maka Allah akan menghukum mereka di akhirat dan mencabut nikmatNya1Wahbah Zuhaily, At-Tafsir Al-Munir, juz 29 halaman 171. Daar Al-Fikr Al-Muashir 1418.
Lalu, sampai kapan istikamah ini berlaku?.
Imam Hasan Al-Basri menjelaskan bahwa amal seorang mukmin tidak mengenal kata akhir hingga dia berjumpa dengan kematian. Kemudian beliau mengutip firman Allah : “Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu kepastian (kematian).”, (TQS. Al-Hijr : 15/99).
Dan untuk menjaga istikamah kita pasca berakhirnya Ramadan, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan.
Memohon keistikamahan kepada Allah. Kita harus sadar betul bahwa yang menjadikan kita mampu menyembah Allah dengan luar biasa selama Ramadan adalah Allah. Dia, satu-satunya yang mampu membuat kita konsisten dalam kebaikan. Semua kebaikan yang tercipta selama Ramadana dalah murni anugerah Allah. Karenanya mohon kepadaNya agar berkenan memampukan kita istikamah.
Berkerja keras dan bersusah payah. Istikamah tidak tercipta gratis dan instan, istikamah butuh kerja keras dan kepayahan di jalan Allah. Istikamah tidak bisa dicapai melalui jalur kenyamanan dan enak-enakan. Istikamah hanya bisa diwujudkan melalui kerja keras melawan hawa nafsu, telaten berproses dan sabar tanpa ujung.
“Circle” Positif. Ini adalah faktor paling dominan untuk merawat keistikamahan. Imam Jakfar bin Muhammad berpesan “Jika aku malas, maka aku mendatangi Imam Muhammad bin Wasi’ dan melihat wajahnya, dengan demikian aku menjadi giat selama satu pekan”. Taat saat Ramadan menjadi terasa mudah karena kita di kelilingi orang-orang yang se-frekwensi, adanya panutan yang memudahkan amal ibadah kita.
Istikamah ini perlu untuk kita pertahankan dan perjuangkan sekuat tenaga. Mengingat bahwa di antara tanda-tanda diterimanya amal ketaatan kita di bulan Ramadan adalah ketika kebaikan Ramadan melahirkan kebaikan demi kebaikan pasca Ramadan. Karenanya kita harus terus menjaga ritme kebaikan yang sudah kita jalani.
Jangan sampai Syawal menjadi momentum perpisahan kita dengan Al-Qur’an. Jangan juga berakhirnya Ramadan menjadi deklarasi berakhirnya kebiasaan qiamulail. Jangan sampai semangat berbagi kebahagiaan dengan sesama pupus oleh gegap gempita perayaan Idulfitri.
Jadi, barang siapa menyembah Ramadan, maka Ramadan telah berakhir. Dan barang siapa menyembah Allah, maka sungguh Allah hidup dan tidak mati. Jadilah hamba yang menyembah Allah dan jangan menjadi manusia penyembah Ramadan. Karena hanya dengan istikamah kita akan selamat di dunia dan akhirat. Wallahu a’lam.
0 Komentar