Siang itu matahari kota Jepara terasa sangat menyengat. Perlahan aku susuri jalanan kota yang penuh hilir mudik manusia yang pulang dari aktivitasnya. Jam menunjukkan pukul 11.25 WIB, dan sayup-sayup terdengar suara tilawah al-Qur’an melenturkan ketegangan saraf kepala yang penuh dengan pekerjaan tertunda.

Sesampainya didepan masjid Agung Baitul Makmur Jepara, Allah memperdengarkan ayat 16 surat al-Isra’ ditelinga saya. Bak hentakan listrik berkekuatan 6.500 volt, hati saya terguncang dan berdegup lebih kencang dari biasanya. Otak saya yang sedari pagi dihujani dentuman keras album Drones kepunyaan Muse, tiba-tiba nge-blank, seolah ada yang salah dengan komponen otak saya.

Otak saya berputar keras melebihi rpm Lamborghini Aventandor saat digeber. Saya tidak berusaha mendramatisir kondisi psikis saya kala itu. Tapi melalui tulisan ini, saya ingin mengajak anda merasakan “sensani” ayat dimaksud. Siapa tahu saya terlalu lebay dan tak seharusnya mempunyai perasaan diatas.

Jika ayat tersebut kita terjemahkan secara bebas, artinya adalah sebagai berikut “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu. Maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya”. Pemahaman yang melintas dalam benak saya kala itu adalah ternyata “Hukuman Allah diberlakukan sebagai akibat dari perilaku menyimpang manusia”. Hingga kemudian Allah akan menghancurkan dan meluluh lantakkan umat manusia.

Pertanyaan yang kemudian mengemuka “Adakah perilaku manusia disekitar kita yang tidak menyimpang dari ajaran Allah?”. Disadari atau tidak, kita hidup dimana kemaksiatan menjadi sebuah kebanggaan. Kita hidup dimana pelanggaran terhadap syariat Allah seolah menjadi sesuatu yang lumrah. Bahkan ironisnya saat segelintir manusia berusaha membenahi kondisi tersebut dengan menempuh jalur dakwah yang bijak dan dialog konstruktif. “Mereka” dengen enteng berseloroh “Kalo mau ngebahas urusan agama sono ke masjid aja”, “Sok suci lho, hari gini masih bicara halal haram”. Dan seabreg cibiran minir dari mereka yang mengaku beragama Islam.

Coba kita petakan skenario Allah dalam ayat tersebut dan dimanakah posisi kita saat ini. Jika kita susun secara kronologis, maka urutannya adalah sebagai berikut : Pertama : Allah memerintahkan manusia untuk taat, tetapi mereka menolak dan berbuat fasik. Poin pertama ini juga yang kemudian menjadi “trigger” Allah berkehendak untuk menghancurkan sebuah komunitas. Kedua : (jika perbuatan ini dibiarkan berlarut) Allah menetapkan “target” kemarahannya. Ketiga : Allah meng”eksekusi” . Saya berusaha menyederhanakan kronologi diatas, meskipun tidak sepenuhnya tepat, tapi semoga mendekati.

Menurut saya (dan semoga saya salah), kita berada pada level Kedua. Perilaku menyimpang yang acapkali kita banggakan, membuat kita berada diurutan teratas daftar target bidikan kemarahan Allah. Tapi karena Allah sayang banget ama kita, Dia berikan kesempatan agar kemarahan itu tidak direalisasikan dalam bentuk hukuman. Adalah amar ma’ruf nahi munkar, sebuah konsep atau bisa dikatakan antidot atas kemarahan Allah.

Kecarutmarutan yang melanda umat manusia harus segera dibereskan dengan cara bijaksana. Konsep Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar harus dibalut dengan Trilogi Dakwah Islam yang diwariskan oleh para nabi pendahulu kita. Dan ingat juga bahwa “agama adalah nasehat”, jadi prinsip menasehati sesama harus dikedepankan. Bukan menggurui apalagi sok-sokan merintah. Next time deh kita bicarakan konsep dakwah menurut pengalaman dan ilmu saya yang cekak.

Intinya jaman sudah semakin edan. Meskipun demikian kita harus berpikir dengan kepala jernih, dengan tetap optimis dan berhusnuddzan atas rahmat-Nya. Mau lari kemana jika bukan kembali ke pelukan-Nya?.


Ahmad Fajar INHADL, Lc. ME

Alumni Kuliah Dakwah Universitas Syaikh Ahmad Kuftaro Damaskus - Suriah dan Pascasarjana Ekonomi Syariah IAIN Kudus. Saat ini mengabdikan diri sebagai Ketua Komite Syariah di RS Islam Sultan Hadlirin Jepara. Aktif sebagai Pembina di Majlis Taklim Ashofa Jepara.

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *